Jumat, 12 Maret 2010

Museum di Aceh

Perpustakaan Kuno Tanoh Abee


Perpustakaan Kuno Tanoh Abee terdapat di Desa Tanoh Abee, di kaki Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Pesantren Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee. Beliau meninggal pada tahun 1894 dan dimakamkan di Tanoh Abee.

Pengumpukan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee telah dimulai sejak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang meninggal dunia pada tahun 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda.


Museum Ali Hasymi

Bapak Ali Hasymi adalah mantan Gubemur Aceh dan seniman yang memiliki koleksi pribadi yang berharga dan menarik. Kini, oleh Bapak Ali Hasymi yang dijadikan sebagai koleksi dan pajangan di museum tersebut antara lain kitab-kitab karya para ulama besar Aceh tempo dulu, keramik kuno, senjata khas Aceh, cindera mata dari berbagai pelosok dunia, dan lain-lain.


Museum Cut Nyak Dhien

Pada awalnya, Museum Cut Nyak Dhien adalah tempat tinggal pahlawan wanita ternama. Di dalamnya berisi koleksi sejarah Aceh yang dikelola dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya pondasi dari bangunan ini yang asli, sedangkan yang berdiri sekarang ini adalah hasil renovasi bangunan yang sebelumnya telah dibakar oleh Belanda.


Museum Negeri Aceh

Museum ini diisi dengan benda-benda antik seperti peralatan rumah tangga, senjata tradisional, pakaian tradisional, alat-alat pertanian dan perikanan, manuskrip dan masih banyak lagi. Pada tahun 1992 Kantor Regional ke-18 Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi di Aceh mengambil inisiatif untuk menambah koleksi museum dengan membuat replika makam Ratu Nahrasyiah. Sebelumnya, replika ini disiapkan untuk pameran Peninggalan Kebudayaan Islam pada Festival Baiturrahman di Banda Aceh yang diadakan pada tanggal 14–18 Juli 1992.

Di lingkungan museum juga terdapat lonceng cakra donya yang berukuran raksasa yang merupakan hadiah dari Kekaisaran Cina diserahkan oleh Admiral Cheng Ho pada 1414. Pada lonceng tersebut terdapat tulisan Cina yang berbunyi: Sing Fang Niat Toeng Juut Kat Yat Tjo yang jika diartikan sebagai berikut: Sultan Sing Fang, telah diselesaikan pada bulan ke-12 tahun ke-5.

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh


0 komentar:

Posting Komentar