Tampilkan postingan dengan label Wisata Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata Budaya. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Maret 2010

Objek Wista Budaya Cianjur

Mesjid Agung

Mesjid Agung Cianjur yang megah terletak di pusat Kota Cianjur yang dibangun pertama kali tahun 1810 M. oleh penduduk Cianjur yang tidak tercatat namanya. Dibangun di atas tanah wakaf Ny. Raden Bodedar binti Kangjeng Dalem Sabiruddin, Bupati Cianjur ke - 4.

Luas Mesjid semula 400 meter. yang berkembang menjadi 2500 meter dan mengalami beberapa perbaikan sampai terakhir yang sangat besar yang ketujuh kali dari tahun 1993 sampai tahun 2000 atau kurang lebih tujuh tahun dengan biaya sekitar Rp. 10 Miliar. Design dan stylasinya memadukan gaya dan ciri khas mesjid tempo dulu dengan gaya arsitektur modern dan dapat menampung sekitar 4000 jemaah. 




Situs Gunung Padang


Situs Gunung Padang di Kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan, Desa Karyamukti Kecamatan Campaka, Cianjur, merupakan situs megalitik berbentuk punden berundak yang terbesar di Asia Tenggara. Ini mengingat luas bangunan purbakalanya sekitar 900 m2 dengan luas areal situs sendiri kurang lebih sekitar 3 ha.


Keberadaan situs ini peratama kali muncul dalam laporan Rapporten van de oudheid-kundigen Dienst (ROD), tahun 1914, selanjutnya dilaporkan NJ Krom tahun 1949. pada tahun 1979 aparat terkait dalam hal pembinaan dan penelitian bend cagar budaya yaitu penilik kebudayaan setempat disusul oleh ditlinbinjarah dan Pulit Arkenas melakukan peninjauan ke lokasi situs. Sejak saat itu upaya penelitian terhadap situs Gunung Padang mulai dilakukan baik dari sudut arkeologis, historis, geologis dan lainnya.

Bentuk bangunan punden berundaknya mencerminkan tradisi megalitik (mega berarti besar dan lithos artinya batu) seperti banyak dijumpai di beberapa daerah di Jawa Barat. Situs Gunung Padang yang terletak 50 kilometer dari Cianjur konon merupakan situs megalitik paling besar di Asia Tenggara. Di kalangan masyarakat setempat, situs tersebut dipercaya sebagai bukti upaya Prabu Siliwangi membangun istana dalam semalam.
Dibantu oleh pasukannya, ia berusaha mengumpulkan balok-balok batu yang hanya terdapat di daerah itu. Namun, malam rupanya lebih cepat berlalu. Di ufuk timur semburat fajar telah menggagalkan usaha kerasnya, maka derah itu kemudian ia tinggalkan. Batu-batunya ia biarkan berserakan di atas bukit yang kini dinamakan Gunung Padang. Padang artinya terang.

Punden berundak Gunung Padang, dibangun dengan batuan vulkanik masif yang berbentuk persegi panjang.

Bangunannya terdiri dari lima teras dengan ukuran berbeda-beda. Batu-batu itu sama sekali belum mengalami sentuhan tangan manusia dalam arti, belum dikerjakan atau dibentuk oleh tangan manusia.

Balok-balok batu yang jumlahya sangat banyak itu tersebar hampir menutupi bagian puncak Gunung Padang. Penduduk setempat menjuluki beberapa batu yang terletak di teras-teras itu dengan nama-nama berbau Islam. Misalnya ada yang disebut meja Kiai Giling Pangancingan, Kursi Eyang Bonang, Jojodog atau tempat duduk Eyang Swasana, sandaran batu Syeh Suhaedin alias Syeh Abdul Rusman, tangga Eyang Syeh Marzuki, dan batu Syeh Abdul Fukor.


(Diperbarui Rabu, 10 Maret 2010 )

Sabtu, 20 Maret 2010

Wisata Budaya Ciamis

Situ Lengkong Panjalu

Panjalu adalah salah satu kota kecamatan di wilayah utara Kab Ciamis Jawa Barat. Dalam kaitan dengan sejarah berdirinya Kabupaten Ciamis, peran Daerah Panjalu sangatlah strategis, mengingat di daerah ini terdapat beberapa penemuan yang menunjukkan asal muasal berdirinya sebuah kerajaan kuno. Di Panjalu terdapat Situ Lengkong (Panjalu) dan makam-makam para pendahulu Kerajan kuno tersebut. Konon, di kawasan Situ Lengkong itulah dahulunya menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Soko Galuh Panjalu. Dengan adanya penermuan-penemuan sejarah itu, maka Panjalu berkembang sebagai kota daerah wisata, baik wisata alam, wisata budaya maupun sebagai wisata ziarah. Pentingnya daerah Panjalu sebagai cikal bakal kerajaan Sunda Kawali, maka Pemerintah Propinsi Jawa Barat, pada tanggal 17 Maret tahun 2004 mengukuhkan panjalu sebagai desa wisata.


Kota ini terletak sekitar 35 km sebelah utara kota Kabupaten Ciamis atau 15 km sebelah barat Kota Kawali, berbatasan di sebelah utara dengan wilayah talaga Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, suatu lingkup wilayah komunitas yang dulu dikenal sebagai pusat kerajaan Panjalu.

Wilayah berupa daerah perbukitan yang subur, di lereng utara gunung syawal dengan ketinggian sekitar 700 meter diatas permukaan laut. Disebelah barat laut dan utara daerah ini juga berupa perbukitan subur, lereng Gunung Bitung, Gunung Cendana dan Gunung Cakrabuana, dimana sungai Citanduy berasal, sehingga secara menyeluruh wilayah Panjalu merupakan daratan perbukitan yang diapit gunung- gunung sekitarnya.

Makam Prabu Harian Kancana


Temuan-temuan data kepurbakalaan, nilai- nilai sosial kultural serta jejak kesejahteraan lainnya yang kini masih terlestarikan, memberikan petunjuk tentang masa lalu kota itu. Sebagai kota kerajaan kuno yang dikenal sebagai kerajaan Soko Galuh Panjalu. Ibu kota Kerajaan itu dibangun pada areal suatu danau (situ) seluas 70 Ha, yang kini disebut Situ Lengkong, terletak disepanjang tepi utara kota Panjalu, sekarang terdapat tiga buah Nusa (pulau kecil). Pada situ tersebut yang masing- masing digunakan sebagai tempat bangunan Istana Kerajaan, Kepatihan dan staf kerajaan dan sebagai taman rekreasi. Pendiri ibu kota kerajaan adalah tokoh karismatik leluhur Panjalu bernama Borosngora Raja Panjalu islam pertama.

Wisatawan yang datang ke Panjalu pada umumnya adalah para penziarah mengunjungi Tokoh Raja Panjalu, teristimewa pemakaman Prabu Harian Kancana di Nusa Situ Lengkong (Situ Istana Kerajaan) serta danau itu sendiri yang bernuansa religius, disamping itu juga mengunjungi Musium Bumi Alit. Dimana disimpan benda- benda peninggalan bersejarah seperti Menhir, Batu Pengsucian, Batu Penobatan, naskah- naskah dan benda- benda pekakas peninggalan milik Raja-raja dan Bupati Panjalu masa lalu, terutama perkakas yang disebut benda pusaka Panjalu yang berupa Pedang, Cis dan Genta (lonceng kecil) peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora. (Sumber : Buku Sejarah Panjalu, Karangan R. Haris R. Cakradinata, SE)

Astana Gede

Terletak di Desa Kawali Kecamatan Kawali ± 21 km dari kota Ciamis kearah Utara. Disaini terdapat beberapa buah Batu Tertulis (Prasasti) yang merupakan cikal bakal bukti keberadaan kerajaan Sunda yang dibuat pada masa pemerintahan Prabu Niskala Wastu Kencana.

Salah satu dari batu tertulis tersebut bertulisakan ”Mahayunan Ayuna Kadatuan” yang dijadikan sebagai motto juang kabupaten Ciamis. Selain batu-batu prasasti terdapat pula peninggalan lainnya seperti dibawah ini.

1. Seperangkat batu disolit, yakni batu tempat pelantikan raja yang disebut Palangka.

2. Batu telapak kaki dan tangan dengan garis retak retak menggambarkan kekuasaan dan penanggalan (kalender).

3. Tedapat 3 (tiga) buah batu menhir:

- Batu Penyandaan

- Batu Panyandungan

- Batu Pamuruyan (alat untuk bercermin)

Situs Astana Gede merupakan tanda berharga yang menunjukkan informasi bahwa di daerah tersebut pernah tumbuh Pusat Kerajaan Sunda – Kawali. Bahkan disana terdapat satu kolam yang berbentuk ”kuali” yang airnya tak pernah kering. Istilah kolam berbentuk kuali ini, menjadi cikal bakal nama Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis.

Karangkamulyan (Ciung Wanara)

Terletak di Desa karangkamulyan Kecamatan Cijeungjing lebih kurang 16 km dari kota Ciamis ke arah Timur denga Fasilitas : Lapang parkir, kios-kios makanan, Rest Area, Mesjid, Toilet.

Caga Budaya ini merupakan peninggalan pusat Kerajaan Galuh Pusaka yang dikukuhkan oleh Sanghyang Parmadikusumah. Disini kita bisa melihat tempat-tempat bekas peninggalan dari legenda Ciung Wanara, salah satu seorang putra Sanghyang Permadikusumah.

Peninggalan peningglan tersebut antara lain:

1. Batu Pangcalikan ialah bekas singgasana dan tempat bermusyawarah raja.

2. Penyabungan Alam, tempat bekas Ciung Wanara menyambung ayam dengan Bondan Sarati.

3. Sanghyang Bedil.

4. Lambang Peribadatan.

5. Sumber Air Citeguh dan Cirahayu.

6. Makam Adipati Panaekan.

7. Pamangkonan.

8. Batu Panyadaan.

9. Patimunan

10. Leuwi Spatahunan tempat Bayi Ciung Wanara di buang (Dibuang di Sungai Citanduy)

Kampung Kuta

Terletak di Desa Karangpaninggal Kecamatan Tambaksari, masyarakat sampai saat ini masih tetap teguh melesatarikan budaya adapt leluhurnya yang masih tetap dipertahankan antara lain :

1. Rumah panggung yang harus beratap rumbia atau ijuk (tidak boleh permanen)

2. Bentuk rumah persegi dan tidak boleh berbentuk sikon

3. Penduduk yang meninggal harus dimakamkan di luar Kampung Kuta

4. Dilarang ke tempat keramat selama hari Senin dan Jumat.

5. Tidak boleh mengenakan pakiana serba hitam

6. dll

karena ketaatannya masyarakat kampung Kua menjaga kelestarian lingkungannya, pada tahun 2002 Kampung Kuta memperoleh penghargaan untuk kategori penyelamat lingkungan.

Urug Kasang

Urug Kasang berada di Kecamatan Tambaksari Desa Tambaksari ke arah timur laut dari Kota Ciamis, merupakan tempat ditemukannya fosil-fosil.

Fosil yang ditemukan di Urug Kasang umumnya diperkirakan sekitar 700 ribu sampai dengan 2 juta tahun.

Situs Gunung Susuru

Terletak di Desa Kertabumi Kecamatan Cijeungjing. Luas Situs inti 7 hektar yang dikelilingi oleh 2 sungai di bawahnya yaitu sungai Cimuntur dan sungai Cileueur.

Situs Gunung Suru merupakan tinggalan Punden Berundak dari masa Kerajaan Hindu (masa Klasik). Di sana terdapat 3 buah gua yang mempesona, satu buah sumur batu, 3 buah dolmen, 3 buah altaar dan peninggalan bergerak seperti manik-manik, keramik-keramik, senjata, batu pipisan, batu peluru, dll.

Jumat, 12 Maret 2010

Sumatera Selatan

Wisata Pilihan


Jika anda berkunjung ke Sumatera Selatan, jangan lewatkan tempat-tempat di bawah ini, yaitu Kawasan Ilir Sungai Musi, Gunung Dempo, Air Terjun Lematang dan Ndikat, Taman Nasional Sembilang, dan Danau Ranau.



KAWASAN ILIR SUNGAI MUSI



Di kawasan ilir sungai Musi, anda bisa jalan-jalan ke Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, Museum Sultan Mahmud Badaruddin, Monpera, Masjid Agung Palembang, atau berbelanja di Pasar 16 Ilir.



SUNGAI MUSI


Sungai Musi merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Sumatera Selatan. Panjang sungai ini adalah 460 km dengan lebar 300 meter. Sungai terbesar dan terlebar di Sumatera Selatan ini membelah kota Palembang menjadi dua bagian, yaitu seberang ilir di bagian utara dan seberang ulu di bagian selatan. Sungai ini bercabang menjadi delapan anak sungai besar, yaitu Sungai Komering, Ogan, Lematang, Kelingi, Lakitan, Semangus, Rawas, dan Sungai Batanghari Leko. Hal tersebut yang membuat Sumatera Selatan disebut dengan Batang Hari Sembilan.


Kita dapat menikmati keindahan Sungai Musi dengan menggunakan getek, speed boat, atau kapal wisata. Suasana di Sungai Musi juga semakin semarak dengan adanya Program Visit Musi 2008. Biasanya pengunjung berdatangan pada sore hingga malam hari untuk menyaksikan matahari terbenam dan suasana malam yang diterangi lampu-lampu di sekitar sungai. Pada malam Minggu atau malam liburan lainnya, biasanya jumlah pengunjung yang mengunjungi jembatan Ampera dan sekitarnya akan lebih banyak. Di kawasan ini, dapat disaksikan Rumah Rakit, yaitu rumah tradisional khas Palembang. Pada hari-hari perayaan tertentu, misalnya Hari Peringatan Kemerdekaan Indonesia, di sungai ini diadakan festival air, seperti perlombaan perahu (bidar), kontes menghias perahu, perlombaan berenang menyeberangi sungai dan lain-lain.



JEMBATAN AMPERA



Jembatan Ampera merupakan jembatan yang menghubungkan Seberang Ulu dengan Seberang Ilir. Jembatan ini dibangun pada tahun 1962 dengan dana dari pampasan perang Jepang. Panjang jembatan ini 1.177 meter dan lebar 22 meter. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan kecepatan 10 meter per menit, untuk jalur lintas kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan tinggi maksimum 44,50 meter.

Bila jembatan ini tidak diangkat, maka kapal yang dapat lewat hanya setinggi 9 meter, namun sejak tahun 1970, aktivitas naik turun bagian tengah jembatan ini sudah dihentikan karena mengganggu arus lalu lintas di jembatan. Ketika malam hari, Jembatan Ampera akan tampak sangat indah dengan kilau lampu-lampu serta pantulan cahaya dari air sungai Musi di bawahnya. Anda juga bisa menikmati indahnya matahari terbenam atau matahari terbit. Kilau sinarnya akan sangat indah dengan pantulan dari Sungai Musi di bawahnya. Anda juga bisa menikmati pemandangan kota dari jembatan ini.



BENTENG KUTO BESAK



Benteng Kuto Besak merupakan benteng bersejarah yang sudah berumur kurang lebih 250 tahun. Benteng ini di pusat Kota Palembang, Provinsi Sumatra Selatan, tepatnya terletak di sebelah utara Sungai Musi. Pada jaman dahulu, Benteng Kuto Besak merupakan Benteng pusat kesultanan Palembang Darussalam. Benteng Kuto Besak didirikan pada tahun 1870, dan selesai 17 tahun kemudian. Benteng ini berukuran panjang 288,75 meter, lebar 183,75 meter, tinggi 9,99 meter, dan tebal dinding 1,99 meter. Benteng Kuto Besak merupakan satu-satunya benteng berdinding.



Di setiap sudut benteng terdapat bastion (benteng pertahanan), namun ada satu bastion yang terletak di sudut benteng arah barat laut bentuknya lebih besar dibandingkan dengan ketiga bastion lainnya. Ketiga bastion yang sama bentuknya tersebut merupakan ciri khas Benteng Kuto Besak. Di sisi timur, selatan, dan barat Benteng Kuto Besak terdapat pintu masuk. Pintu masuk utama benteng ini menghadap sungai Musi, dan disebut Lawang Kuto, sedangkan pintu masuk lainnya disebut Lawang Buritan. Benteng ini merupakan benteng kebanggaan masyarakat Palembang karena merupakan satu-satunya benteng yang memenuhi standar dan dibangun atas biaya sendiri.



MUSEUM SULTAN MAHMUD BADARUDDIN


Jika anda tertarik pada sejarah dan peninggalan-peninggalan tempo dulu di Palembang, sempatkan berkunjung ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin. Museum ini terletak di tepi Sungai Musi, di dekat Jembatan Ampera. Di sini anda bisa menemui arca-arca kuno Ganesha Amarawati, arca Budha, serta peninggalan kuno era Sriwijaya. Museum ini buka dari jam 09.00-14.00



MONPERA


Selain museum, obyek kesejarahan lainnya di daerah ini adalah Monpera. Monumen ini terletak di Jalan Merdeka, di depan Masjid Agung, di tengah-tengah Kota Palembang. Monpera dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Sumatera Selatan ketika melawan kaum penjajah pada pertempuran tanggal 1 Januari 1947. Di monumen ini anda bisa menemui koleksi senjata-senjata yang digunakan untuk bertempur, dokumen perang, dll.



MASJID AGUNG PALEMBANG


Masjid agung terletak di pusat Kota Palembang, dan sudah berumur lebih dari 200 tahun. Masjid Agung didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I pada tahun 1738-1748. Bangunannya sangat indah dan menarik. Arsitekturnya sangat unik dan cantik, dengan perpaduan Cina dan Eropa. Daya tampungnya juga sangat luas.



PASAR 16 ILIR


Sesuai dengan namanya, pasar ini terletak di kawasan Ilir, di tepi Sungai Musi. Pasar ini sudah berkembang sejak pertengahan abad ke-19.




GUNUNG DEMPO


Gunung Dempo merupakan gunung tertinggi di Sumatera Selatan. Gunung ini terletak di Kabupaten Lahat. Kita dapat mencapai gunung ini dari Palembang dengan kendaraan pribadi selama 6 jam. Dapat juga menggunakan bus umum Lahat menuju Pagar Alam (60 km), dan dari Pagar Alam dilanjutkan dengan bus lain menempuh jarak 9 km sampai di perkebunan dan pabrik teh lereng gunung. Selain menikmati kesejukan dan keindahan Gunung Dempo, kita bisa melihat kawah batu belerang yang mempunyai dua puncak. Di atas puncak kedua yang lebih rendah terdapat sebuah kawah yang mengeluarkan batu belerang. Kawah ini terletak di tengah lapangan pasir dan bebatuan yang biasa dipergunakan para pendaki untuk beristirahat dan berkemah. Pendakian dari pabrik teh ke puncak ini membutuhkan paling tidak 6 jam perjalanan.



AIR TERJUN LEMATANG DAN NDIKAT


Air terjun Lematang dan Ndikat memiliki ketinggian sekitar 40 m. Air terjun ini terletak di antara Lahat dan Pagar Alam. Air terjun yang lebih dekat ke arah Lahat disebut Ndikat, sedangkan air terjun yang dekat ke arah Pagar Alam disebut air terjun Lematang. Selain menikmati keindahan air terjun, kita bisa berkemah di camping ground ataupun bermain air di sungai kecil.



TAMAN NASIONAL SEMBILANG


Taman Nasional Sembilang merupakan salah satu tempat yang bisa anda kunjungi ketika anda singgah di Kabupaten Banyuasin. Luas wilayahnya mencapai 205.750 ha. Kawasan ini didominasi oleh hutan mangrove, hutan gambut, dan rawa. Di sini terdapat berbagai flora antaralain paku gajah, nipah, cemara laut, pandan, waru laut, nibung, jelutung, menggeris, gelam tikus, Rhizophora sp, Sonneratia alba, dan Bruguiera gimnorrhiza; sedangkan fauna yang khas antaralain harimau Sumatera, gajah Sumatera, tapir, siamang, kucing mas, rusa sambar, buaya, biawak, ikan sembilang, labi-labi besar, lumba-lumba air tawar, dan berbagai jenis burung.



Jika anda pecinta alam, anda akan dimanjakan dengan pemandangan ribuan bahkan puluhan ribu burung migran asal Siberia. Anda bisa mendengar secara langsung suara gemuruh burung-burung yang terbang menimpali suara debur ombak Selat Bangka. Di sini anda bisa memilih mengunjungi Semenanjung Banyuasin, Sembilang, Teluk Benawan, Teluk Sekanak, Pulau Betet. Di sini anda bisa menyelusuri sungai sambil melihat satwa, vegetasi mangrove, memancing. Anda bisa ke sini menggunakan kapal motor selama 2 jam dari Palembang menuju Sungsang, dan dari Sungsang anda akan melanjutkan perjalanan 2 jam lagi.



DANAU RANAU



Danau Ranau yang berada di Kabupaten OKU Selatan ini merupakan danau terbesar di Sumatera Selatan dengan luas sekitar 8 x 16 km2. Keindahan dan pesona danau ini akan membuat anda selalu ingin kembali ke sini. Di Danau ini anda bisa berperahu. Jika anda tidak suka berperahu, anda bisa menginap sambil menikmati pemandangan indah di sekitar danau, menikmati air panas, atau pergi ke Pulau Marisa yang tak terlalu jauh dari danau. Air danau yang biru bening, ombaknya yang tidak terlalu besar, pemandangan alam di sekeliling yang dilatarbelakangi Gunung Seminung, semakin melengkapi keindahan danau ini. Kalau anda ingin menginap, ada juga 3 penginapan di tepian danau ini, yaitu Banding Agung, Kotabatu, dan cottage PT Pusri di Sukamarga. Untuk mencapai danau ini diperlukan waktu sekitar 6 jam perjalanan dengan mobil dari Palembang.



Mesjid Raya Baiturrahman

Mesjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu daya tarik wisata budaya yang paling menonjol di Banda Aceh, sekaligus menjadi “icon” pariwisata Aceh. Bangunan ini secara strategis terletak di jantung Kota Banda Aceh yang dilengkapi dengan berbagai arsitektur dan ornamen khas Aceh yang luar biasa. Mesjid ini menjadi salah satu sasaran kunjungan wisatawan.

Mesjid ini dibangun sekitar 12 abad yang lalu dan pernah dibakar beberapa kali termasuk ketika Belanda menyerang Kuta Raja (Banda Aceh) pada tahun 1873. Kemudian pada tahun 1883 Belanda membangun kembali mesjid tersebut dalam upaya mengambil hati rakyat Aceh. Bangunan mesjid ini memiliki lima buah kubah dan dinding yang lebar serta kerangka yang besar. Di sekitar dasar kubah, dinding dan pilar terdapat bermacam jenis hiasan yang menarik.

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov NAD