Sabtu, 20 Maret 2010

Wisata Budaya Ciamis

Situ Lengkong Panjalu

Panjalu adalah salah satu kota kecamatan di wilayah utara Kab Ciamis Jawa Barat. Dalam kaitan dengan sejarah berdirinya Kabupaten Ciamis, peran Daerah Panjalu sangatlah strategis, mengingat di daerah ini terdapat beberapa penemuan yang menunjukkan asal muasal berdirinya sebuah kerajaan kuno. Di Panjalu terdapat Situ Lengkong (Panjalu) dan makam-makam para pendahulu Kerajan kuno tersebut. Konon, di kawasan Situ Lengkong itulah dahulunya menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Soko Galuh Panjalu. Dengan adanya penermuan-penemuan sejarah itu, maka Panjalu berkembang sebagai kota daerah wisata, baik wisata alam, wisata budaya maupun sebagai wisata ziarah. Pentingnya daerah Panjalu sebagai cikal bakal kerajaan Sunda Kawali, maka Pemerintah Propinsi Jawa Barat, pada tanggal 17 Maret tahun 2004 mengukuhkan panjalu sebagai desa wisata.


Kota ini terletak sekitar 35 km sebelah utara kota Kabupaten Ciamis atau 15 km sebelah barat Kota Kawali, berbatasan di sebelah utara dengan wilayah talaga Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, suatu lingkup wilayah komunitas yang dulu dikenal sebagai pusat kerajaan Panjalu.

Wilayah berupa daerah perbukitan yang subur, di lereng utara gunung syawal dengan ketinggian sekitar 700 meter diatas permukaan laut. Disebelah barat laut dan utara daerah ini juga berupa perbukitan subur, lereng Gunung Bitung, Gunung Cendana dan Gunung Cakrabuana, dimana sungai Citanduy berasal, sehingga secara menyeluruh wilayah Panjalu merupakan daratan perbukitan yang diapit gunung- gunung sekitarnya.

Makam Prabu Harian Kancana


Temuan-temuan data kepurbakalaan, nilai- nilai sosial kultural serta jejak kesejahteraan lainnya yang kini masih terlestarikan, memberikan petunjuk tentang masa lalu kota itu. Sebagai kota kerajaan kuno yang dikenal sebagai kerajaan Soko Galuh Panjalu. Ibu kota Kerajaan itu dibangun pada areal suatu danau (situ) seluas 70 Ha, yang kini disebut Situ Lengkong, terletak disepanjang tepi utara kota Panjalu, sekarang terdapat tiga buah Nusa (pulau kecil). Pada situ tersebut yang masing- masing digunakan sebagai tempat bangunan Istana Kerajaan, Kepatihan dan staf kerajaan dan sebagai taman rekreasi. Pendiri ibu kota kerajaan adalah tokoh karismatik leluhur Panjalu bernama Borosngora Raja Panjalu islam pertama.

Wisatawan yang datang ke Panjalu pada umumnya adalah para penziarah mengunjungi Tokoh Raja Panjalu, teristimewa pemakaman Prabu Harian Kancana di Nusa Situ Lengkong (Situ Istana Kerajaan) serta danau itu sendiri yang bernuansa religius, disamping itu juga mengunjungi Musium Bumi Alit. Dimana disimpan benda- benda peninggalan bersejarah seperti Menhir, Batu Pengsucian, Batu Penobatan, naskah- naskah dan benda- benda pekakas peninggalan milik Raja-raja dan Bupati Panjalu masa lalu, terutama perkakas yang disebut benda pusaka Panjalu yang berupa Pedang, Cis dan Genta (lonceng kecil) peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora. (Sumber : Buku Sejarah Panjalu, Karangan R. Haris R. Cakradinata, SE)

Astana Gede

Terletak di Desa Kawali Kecamatan Kawali ± 21 km dari kota Ciamis kearah Utara. Disaini terdapat beberapa buah Batu Tertulis (Prasasti) yang merupakan cikal bakal bukti keberadaan kerajaan Sunda yang dibuat pada masa pemerintahan Prabu Niskala Wastu Kencana.

Salah satu dari batu tertulis tersebut bertulisakan ”Mahayunan Ayuna Kadatuan” yang dijadikan sebagai motto juang kabupaten Ciamis. Selain batu-batu prasasti terdapat pula peninggalan lainnya seperti dibawah ini.

1. Seperangkat batu disolit, yakni batu tempat pelantikan raja yang disebut Palangka.

2. Batu telapak kaki dan tangan dengan garis retak retak menggambarkan kekuasaan dan penanggalan (kalender).

3. Tedapat 3 (tiga) buah batu menhir:

- Batu Penyandaan

- Batu Panyandungan

- Batu Pamuruyan (alat untuk bercermin)

Situs Astana Gede merupakan tanda berharga yang menunjukkan informasi bahwa di daerah tersebut pernah tumbuh Pusat Kerajaan Sunda – Kawali. Bahkan disana terdapat satu kolam yang berbentuk ”kuali” yang airnya tak pernah kering. Istilah kolam berbentuk kuali ini, menjadi cikal bakal nama Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis.

Karangkamulyan (Ciung Wanara)

Terletak di Desa karangkamulyan Kecamatan Cijeungjing lebih kurang 16 km dari kota Ciamis ke arah Timur denga Fasilitas : Lapang parkir, kios-kios makanan, Rest Area, Mesjid, Toilet.

Caga Budaya ini merupakan peninggalan pusat Kerajaan Galuh Pusaka yang dikukuhkan oleh Sanghyang Parmadikusumah. Disini kita bisa melihat tempat-tempat bekas peninggalan dari legenda Ciung Wanara, salah satu seorang putra Sanghyang Permadikusumah.

Peninggalan peningglan tersebut antara lain:

1. Batu Pangcalikan ialah bekas singgasana dan tempat bermusyawarah raja.

2. Penyabungan Alam, tempat bekas Ciung Wanara menyambung ayam dengan Bondan Sarati.

3. Sanghyang Bedil.

4. Lambang Peribadatan.

5. Sumber Air Citeguh dan Cirahayu.

6. Makam Adipati Panaekan.

7. Pamangkonan.

8. Batu Panyadaan.

9. Patimunan

10. Leuwi Spatahunan tempat Bayi Ciung Wanara di buang (Dibuang di Sungai Citanduy)

Kampung Kuta

Terletak di Desa Karangpaninggal Kecamatan Tambaksari, masyarakat sampai saat ini masih tetap teguh melesatarikan budaya adapt leluhurnya yang masih tetap dipertahankan antara lain :

1. Rumah panggung yang harus beratap rumbia atau ijuk (tidak boleh permanen)

2. Bentuk rumah persegi dan tidak boleh berbentuk sikon

3. Penduduk yang meninggal harus dimakamkan di luar Kampung Kuta

4. Dilarang ke tempat keramat selama hari Senin dan Jumat.

5. Tidak boleh mengenakan pakiana serba hitam

6. dll

karena ketaatannya masyarakat kampung Kua menjaga kelestarian lingkungannya, pada tahun 2002 Kampung Kuta memperoleh penghargaan untuk kategori penyelamat lingkungan.

Urug Kasang

Urug Kasang berada di Kecamatan Tambaksari Desa Tambaksari ke arah timur laut dari Kota Ciamis, merupakan tempat ditemukannya fosil-fosil.

Fosil yang ditemukan di Urug Kasang umumnya diperkirakan sekitar 700 ribu sampai dengan 2 juta tahun.

Situs Gunung Susuru

Terletak di Desa Kertabumi Kecamatan Cijeungjing. Luas Situs inti 7 hektar yang dikelilingi oleh 2 sungai di bawahnya yaitu sungai Cimuntur dan sungai Cileueur.

Situs Gunung Suru merupakan tinggalan Punden Berundak dari masa Kerajaan Hindu (masa Klasik). Di sana terdapat 3 buah gua yang mempesona, satu buah sumur batu, 3 buah dolmen, 3 buah altaar dan peninggalan bergerak seperti manik-manik, keramik-keramik, senjata, batu pipisan, batu peluru, dll.

1 komentar:

Slamet Priyadi mengatakan...

Situs Astana Gede merupakan prasasti yang mampu membuka tirai sejarah Kerajaan Sunda di wilayah Priyangan Timur.

Posting Komentar